
Pada Sabtu, 14 Juni 2025, ONTAKERIPUT COMICS menggelar acara PANEL BY PANEL: Religious Comic in The National Spotlight di daerah Ciputat, Tangerang Selatan. Kali ini, mereka mengundang Handri Satria Handjaya, sosok di balik serial MUHAMMAD AL-FATIH dan JANISARIS. Selain itu, Widi Susanto juga hadir sebagai pembicara untuk mengumumkan komik THE LAST HUNT.
<Pokok Acara PANEL BY PANEL: Religious Comic in The National Spotlight>
- 12:00: Pembukaan acara oleh Widi Susanto dan Sidharta F. Rasidi dari ONTAKERIPUT COMICS serta pengumuman THE LAST HUNT dan SUPER
- 13:00: Istirahat siang
- 13:30: Diskusi komik bertema religi bersama Handri Satria Handjaya
Pada sesi pertama PANEL BY PANEL kali ini, Sidharta F. Rasidi berbicara dengan Widi Susanto untuk memperkenalkan THE LAST HUNT, proyek terbaru yang dikerjakan oleh Widi, serta menceritakan alasannya kembali terjun ke dunia komik dengan serius di tahun 2019. Untuk itu, Widi menunjukkan sebuah linimasa komik yang telah dan dia sedang kerjakan dari momen itu hingga sekarang, termasuk BPBT, KAMBODJA, dan tentunya THE LAST HUNT.
Widi menjelaskan kalau dia sempat memutuskan untuk pensiun ngomik di tahun 2016 meski sudah berkecimpung dengan giat di industri sejak 2002 karena kesibukannya mengajar sebagai guru dan juga berkuliah. Namun, 3 tahun kemudian, dia merasa 2019 menjadi momen dia bisa ngomik yang ‘sesungguhnya’ lantaran setelah menikah Widi merasa tantangan hidup perlahan-lahan terselesaikan. Dia akhirnya bisa kembali membuat komik dengan tenang. “Makanan tinggal manasin di microwave,” bilangnya. Dari momen itu, Widi pun berhasil menyelesaikan komik fiksi ilmiah KEMBARA.
Setelah menyelesaikan BPBT, KAMBODJA, dan juga proyek-proyek komik KABOOM, sampai akhirnya tiba di THE LAST HUNT di 2025. Komik terbarunya itu sendiri rencananya akan diterbitkan oleh ONTAKERIPUT COMICS setelah remaster KAMBODJA buku ketiga dirilis.
THE LAST HUNT atau LA DERNIERRE CHASSE sendiri merupakan komik kolaborasi dengan Aydin Ucak, seorang bintang iklan dan talenta asal Prancis yang bertemu dengan Widi setelah melihat komik KAMBODJA dari sutradara Yusron Fuadi. “‘Gua mau bikin komik nih, gini gini gini,’ yang gua pikir sih, ‘Ya selama ada cuannya, ayo gas. Gas lah!” cerita Widi. Bukunya sendiri mengisahkan Aslan, seorang pemburu asal Prancis yang tinggal di Batavia kuno. Dia dibayar oleh pasukan Belanda untuk memburu sesosok makhluk misterius di belantara hutan Jawa Tengah karena diduga telah memangsa warga setempat.
Setelahnya, Sidharta mengumumkan proyek baru yang sedang digodok oleh tim ONTAKERIPUT COMICS, yakni komik superhero bergenre satire dark comedy berjudul SUPER. Superhero yang satu ini diceritakan lahir dari panjatan doa-doa kebencian rakyat kecil di Kalimantan terhadap kaum elit yang menindas mereka. Saat SUPER muncul, tanpa pandang bulu dia akan memberantas semua ketidak adilan yang terjadi di kotanya — baik urusan kecil maupun besar.
Diskusi pun menjadi lebih seru saat memasuki sesi kedua dan Handri Satria duduk di depan pengunjung. Walaupun serial komik MUHAMMAD AL-FATIH sudah terjual ribuan eksemplar, Handri tetap merendah. Menurutnya, di dunia komik religi pun persaingan tetap banyak. Komik-komik yang tidak terjual lagi kerap dikembalikan ke penulisnya oleh penerbit. “Anak-anak zaman sekarang itu tetep punya selera. Nggak semua anak-anak seneng Upin Ipin, nggak semua anak-anak seneng Naruto,” tambahnya.
Menurutnya, membuat komik itu yang paling sulit adalah menyelesaikannya, karena sebagai seniman, dia merasa sulit membayangkan bukunya selesai dibuat dan dicetak. Hal tersebut tidak dipermudah dengan perasaan emosional, lelah bekerja sambil berkarya, kesulitan ekonomi, riset untuk ide-ide komik, dan masalah lainnya. Handri sendiri bilang kalau dia memakan waktu 2 tahun untuk menghasilkan buku pertama MUHAMMAD AL-FATIH dengan 300 halaman. “Yang paling penting butuh Tuhan dan keyakinan sih,” tambahnya.
Akhirnya, meski didukung oleh istri dan semangat yang membara untuk bikin komik, Handri mengaku dia tetap harus berjuang keras sampai akhirnya bisa hidup dari royalti MUHAMMAD AL-FATIH. “Ya saya masih ada utang, listrik ini, bayar internet aja, hmmmm,” bilangnya dengan wajah kecut. “[…] Jadi jangan melihat [kondisi saya] sekarang. Berdarah-darahnya itu yang mungkin orang belum tentu bisa niru, sih.”
“Sebenarnya yang menyiksa itu impian kita!”
Handri Satria Handjaya, komikus MUHAMMAD AL-FATIH, mengenai perjuangannya dalam ngomik
Di sisi lain, Handri yakin kalau setiap orang memiliki jalan kesuksesannya masing-masing. “Tiap orang akan sukses di caranya sendiri, iya nggak sih? Nggak harus sama kayak saya,” bilangnya. “Ada orang yang komiknya cuma online, nggak ada buku, tapi pemasukannya jadi sama kayak saya — atau lebih bahkan. Jadi sejarah saya tidak menggambarkan kesuksesan seseorang.”
Muhamad Luthfiansyah, ilustrator WLDR: SPIRIT BATTLER dan OMEGA, ikut nyeletuk, menyebutkan perjuangannya sendiri mengumpulkan modal dan hanya tidur 2 jam sehari agar bisa terus menggambar sebelum mendirikan ONTAKERIPUT COMICS. “Sebenarnya yang menyiksa itu impian kita!” jawab Handri mengiyakan. Tapi pengarang JANISARIS itu merasa puas akan perjalanan hidupnya karena dia merasa tidak ada penyelesalan dalam pengerjaan komiknya dan dia tidak perlu menyalahkan diri sendiri karena tidak mencoba berkarya.

Tentunya, itu semua hanya sebagian dari keseruan acara diskusi komik tim ONTAKERIPUT COMICS di bulan Juni 2025. PANEL BY PANEL: Religious Comic in The National Spotlight akhirnya ditutup dengan sesi diskusi dan tanya jawab serta foto bersama. Bagi kalian yang sudah memiliki IP dan karya sendiri pun, ONTAKERIPUT COMICS bisa diajak untuk bekerja sama dalam hal penerbitan, marketing, maupun merchandising seperti mainan berbagai ukuran, poster, dan produk lainnya.
Tinggalkan Balasan