Laporan PANEL BY PANEL: The Ink Drops Now bersama Yusron Fuadi dan Agung Prasetiarso


Laporan PANEL BY PANEL: The Ink Drops Now bersama Yusron Fuadi dan Agung Prasetiarso

Pada Sabtu, 12 April 2025, ONTAKERIPUT COMICS menggelar acara The Ink Drops Now di daerah Ciputat, Tangerang Selatan. Kali ini, mereka mengundang Yusron Fuadi, sutradara film SETAN ALAS dan TENGKORAK, film yang menjadi inspirasi serial komik KAMBODJA, serta Agung Prasetiarso alias Gungpla, co-author komik one-shot horor ODMUN yang siap diterbitkan oleh tim ONTAKERIPUT COMICS. Meski begitu, karena lokasi mereka yang jauh, diskusi kali ini diadakan melalui video call.

<Pokok Acara PANEL BY PANEL: The Ink Drops Now>

  • 12:00: Pembukaan acara oleh Widi Susanto dan sesi pertama bersama Yusron Fuadi
  • 13:00: Sesi kedua bersama Gungpla
  • 14:00: Penutupan dan foto bersama

Acara PANEL BY PANEL dibuka pada jam 12:00 oleh Widi Susanto dan Sidharta F. Rasidi dari ONTAKERIPUT COMICS. Keduanya pun menyambut Yusron Fuadi yang berada di Yogyakarta melalui layar kaca. Dalam kesempatan kali ini, Yusron terlihat bangga dan senang akan kelanjutan dari versi Director’s Cut komik KAMBODJA buatan Widi yang terinspirasi dari film TENGKORAK yang dulu dia sutradarai.

TENGKORAK sendiri menceritakan penemuan sebuah kerangka manusia setinggi 2 kilometer di Yogyakarta. Fenomena misteri ini kemudian diangkat melalui sudut pandang masyarakat biasa jelas Yusron. Itu juga alasan dia menggunakan Ani, seorang pegawai Balai Penelitian Tengkorak rendahan, menjadi karakter utama ceritanya.

“Bagaimana sih rakyat Indonesia merespon sesuatu yang semasif itu; saat ilmuwan tidak punya jawabannya, saat tokoh agama juga tidak punya jawabannya. Kekacauan macam apa yang terjadi di masyarakat? Dan kepanikan macam apa yang dimiliki pemerintah saat, ya mau nggak mau, respon pertama adalah mencoba melindunginya dulu — karena mereka nggak tahu juga mau diapain.”

Yusron mengaku dia terinspirasi oleh cerita-cerita agama samawi dan film-film bertema fiksi ilmiah seperti STAR WARS dan ROBOCOP. Saat berkaca ke luar, dia merasa kalau bahkan negara-negara seperti Korea Selatan dan India saja bisa membuat film fiksi ilmiah atau film bertema non-mainstream dengan nuansanya masing-masing. Meski begitu membuat film semacam itu menjadi tantangan besar di Indonesia. Berbagai macam naskah dan pitch deck yang Yusron buat selalu ditolak oleh production house-production house yang dia dekati. Dia pun memilih untuk nekat mengerjakan TENGKORAK dengan uangnya sendiri. Dan menurutnya, jika dia mengerjakan proyek-proyek horor seperti SETAN ALAS, tandanya dia sedang menggalang dana untuk meneruskan passion project-nya: menyelesaikan trilogi TENGKORAK.

Nggak peduli selesainya berapa tahun, bisa tayang di bioskop apa nggak, itu ya kita putuskan aja untuk syuting.”

Yusron fuadi, membahas pengerjaan film ‘tengkorak’

“Ya udah, tak bikin aja lah,” aku Yusron dengan nada kalah. “Nggak peduli selesainya berapa tahun, bisa tayang di bioskop apa nggak, itu ya kita putuskan aja untuk syuting.” Penulisan naskahnya sendiri akhirnya memakan waktu 3 tahun dari 2011 hingga 2013. Setelah itu di tahun berikutnya, Yusron mulai syuting untuk TENGKORAK. Memakan waktu 125 hari dan disebar selama 4 tahun, dia mengungkapkan kalau TENGKORAK menjadi salah satu film Indonesia dengan jangka waktu syuting terpanjang — bahkan masih menambah rekaman setelah tayang perdana di Jogja-NETPAC Asian Film Festival.

Yusron kemudian menambahkan kalau pertemuannya dengan Widi membuka wawasan yang lebih luas kepada rencananya dalam membangun sebuah dunia film fiksi ilmiah Indonesia. Fancomic Widi seperti BPBT dan KAMBODJA menggerakkannya untuk mengerjakan trilogi TENGKORAK. Desain-desain unik yang khusus muncul di komik-komik itu pun, seperti exoskeleton yang digunakan Yos dan pasukan Kambodja, juga memberikan inspirasi untuk proyek fiksi ilmiah lainnya. Terutama, mengingat gambar mesin-mesin analog Widi yang berkiblat pada desain mekanikal nan fungsional milik Syd Mead. Yusron merasa kalau mereka akan bisa diadaptasi secara realistis ke dalam film.

Laporan PANEL BY PANEL: The Ink Drops Now bersama Yusron Fuadi dan Agung Prasetiarso

Selanjutnya, tim ONTAKERIPUT COMICS menyambut Agung alias Gungpla yang berada di Bandung untuk mengadakan announcement untuk komik ODMUN. Komik one-shot horor yang diterbitkan di bawah payung ONTAKERIPUT ONE-SHOT PROJECTS ini rencananya akan dirilis pada 26 April mendatang, bertepatan dengan PANEL BY PANEL kedua di bulan ini. Semua berharap seluruh tim ODMUN termasuk Evita Febrina Damanik dan Juan Farrel juga bisa datang di kesempatan berikutnya.

Pada sesi kali ini, ONTAKERIPUT COMICS memamerkan buku sampel cetak ODMUN. Melihat sampel tersebut, Gungpla menjelaskan kalau ODMUN ini sudah membangun nuansa horor bahkan dari gambar kovernya. Seperti contoh, di kover depan terdapat retakan-retakan yang menggambarkan aspek misteri cerita komik tersebut sementara kover belakang terdapat siluet karakter utama komik yang terdistorsi. Dari segi pengerjaan komik, mereka bermula dari konsepnya terlebih dahulu sebagai payung dunianya.

Dia pun menambahkan konsepnya terinspirasi dari serial misteri macam BLACK MIRROR, TWILIGHT ZONE, dan AMERICAN HORROR STORY. “Apapun judulnya nanti, kita ingin bikin kumpulan cerita surreal dan secara visual pun, Juan dan Evita bisa eksplor,” jelas Gungpla. Meski begitu, dia tidak bisa bercerita banyak karena tidak ingin membocorkan isi komik — juga karena Evita dan Juan selaku ilustrator berhalangan hadir.

Banyak orang yang bilang, ‘Ayolah, kita bikin karya bareng!’ tapi jadi nggak tulisannya?

Agung Prasetiarso, membahas kenapa 3 kreator bisa bekerjasama membuat ‘odmun’

Menyinggung nama salah satu co-author ODMUN, Gungpla pun membahas alasan mereka bertemu dan memutuskan untuk terjun ke dunia komik bersama-sama. “Kita ini bebal,” bilangnya sambil tertawa. “Udah kerja di industri karya tapi masih pingin berkarya.” Mengingat mereka bertiga memang sudah berkecimpung di dunia penulisan novel, naskah, storyboard, dan animasi, tim ODMUN merasa kalau komik merupakan proyek paling realistis yang bisa dikerjakan bersama. “Kalau bikin animasi kita nggak punya duit, kalau mau bikin game kita nggak bisa programming, ‘gitu kan. Bikin film apa lagi, butuh berapa duit.”

Widi memotong sedikit dan bertanya mengenai caranya mereka bertiga bekerjasama, terutama saat semuanya punya andil besar dalam proyek ODMUN. Gungpla sambil tertawa hanya bisa menjawab dari kacamatanya sendiri karena kedua co-author-nya tidak bisa hadir. “Saya selalu ngebuktiin kalau saya selalu beres menulis [naskah]nya,” bilangnya tegas. “Banyak orang yang bilang, ‘Ayolah, kita bikin karya bareng!’ tapi jadi nggak tulisannya? Atau mau bikin antologi, dua-duanya artist, jadi nggak antologinya? […] Banyak juga artist yang, ‘Oh gua punya ide bagus!’ gini-gini-gini, nggak jadi juga sampe sekarang.”

Laporan PANEL BY PANEL: The Ink Drops Now bersama Yusron Fuadi dan Agung Prasetiarso

Tentunya, itu semua hanya cuplikan dari keseruan acara diskusi komik tim ONTAKERIPUT COMICS di awal bulan April 2025 ini. PANEL BY PANEL: The Ink Drops Now akhirnya ditutup dengan sesi diskusi dan tanya jawab serta foto bersama. Namun sayangnya Yusron dan Gungpla tidak bisa ikut hadir dalam sesi foto bareng bersama pengunjung acara karena menggunakan video call. Bagi kalian yang sudah memiliki IP dan karya sendiri pun, ONTAKERIPUT COMICS bisa diajak untuk bekerja sama dalam hal penerbitan, marketing, maupun merchandising seperti mainan berbagai ukuran, poster, dan produk lainnya.


Leave a Reply

en_USEN
PAGE TOP