
Pada Sabtu, 8 Maret 2025, ONTAKERIPUT COMICS menggelar acara From Superhero Comics Talk Show To Car Meet di daerah Ciputat, Tangerang Selatan. Kali ini, mereka mengundang Ian Waryanto, ilustrator VALENTINE terbitan SKYLAR COMICS, MIGHTY MASCOTS, dan ADAMANT serta tim itasha alias stiker anime untuk mobil dan motor dari GARASI 57 dan BUILT BY APES sebagai bintang tamu dan pembicara. PANEL BY PANEL kali ini didukung oleh GARASI 57, BUILT BY APES, dan POCKY.
<Pokok Acara PANEL BY PANEL: From Superhero Comics Talk Show To Car Meet>
- 17:00: Pembukaan acara oleh Kyvano Navin dari TROPICO COFFEE
- 17:00: Diskusi mengenai bagaimana menghadapi klien-klien komik dan ilustrasi dari luar negeri bersama Ian Waryanto
- 18:00: Istirahat dan berbuka puasa
- 19:00: Diskusi itasha dan car culture bersama Yanto Sutano dan dari GARASI 57 dan Rizky dari BUILT BY APES
- 20:00: Penutupan dan foto bersama
Acara ngabuburit PANEL BY PANEL dibuka pada jam 17:00 oleh Yanto Sutano dari GARASI 57 dan Kyvano Navin dari TROPICO COFFEE. Keduanya memanggil Ian Waryanto sebagai pembicara dan Sidharta F. Rasidi dari ONTAKERIPUT COMICS sebagai pembawa acara. Namun, sebelum masuk ke sesi pembahasan, Sidharta menjelaskan sedikit dulu mengenai ONTAKERIPUT COMICS dan juga komik-komik yang sudah mereka terbitkan seperti WLDR: SPIRIT BATTLER, KAMBODJA, dan SPIRIT BATTLER: OMEGA.
Setelah itu acara dilanjutkan dengan perkenalan dari Ian Waryanto. Beliau memulai karirnya sebagai seorang ilustrator dan komikus dari tahun 2013. Selain bergabung dengan judul komik kompilasi lokal KABOOM, Ian juga kerap mengerjakan proyek-proyek untuk komik bertema superhero dari luar negeri terutama Amerika Serikat, seperti MIGHTY MASCOTS. Dalam kesempatan kali ini, Ian sangat bersemangat berbagi tips untuk para komikus yang ingin bekerja sama dengan penerbit luar negeri.
Pertama, menurutnya jangan malu-malu untuk bergabung dengan grup-grup yang mencari ilustator untuk komik indie di media sosial seperti Facebook. “Portofolio kita siapin, yang penting kita pede aja lah. Biar pun bahasa Inggris susah, [pakai] Google Translate nggak ‘pa-pa,” bilang Ian sambil setengah bercanda. Namun dia juga menambahkan bahwa sejauh ini bekerja sama dengan banyak klien luar yang fasih berbahasa Inggris, mereka bisa dibilang ‘maklum’ dengan kemampuan bahasa Inggris orang-orang Asia. Yang penting, menurut Ian, pesan bisa tersampaikan dan komunikasi untuk timbal-balik karya bisa terjadi.

Kedua, jika memang ingin mencari klien untuk proyek komik, pastikan portofoliomu menunjukkan kemahiran dalam sequential art. “Sequential harus bagus itu. Cara [penceritaan] kita, ekspresinya, ama perspektifnya, semuanya lah kalau mau ambil komik,” jelas Ian. Sementara bagi yang mau fokus pada ilustrasi, sebaiknya perkuat komposisi.
Ketiga, saat sudah mendapat klien, kita harus selalu bisa mematuhi deadline apapun yang mereka berikan — meskipun pekerjaanmu belum 100% rampung. “Kalau kita sudah janjian hari Senin, kita kirim hari Senin juga!” tegas Ian. “Mereka tidak apa-apa kalau memang belum selesai, yang penting alasannya.” Berdasarkan pengalaman Ian, klien dari Amerika sangat mementingkan komunikasi dan milestone. Walau gambar belum selesai sepenuhnya, selama kamu bisa mengumpulkan sesuatu di Hari-H maka klien masih bisa memaklumi.
“Klien Amerika memang lebih suka begitu. Mereka merasa dihormati karena tidak dibohongi. Karena misalnya kita nggak kirim, takut karena baru ngerjain satu panel, itu dia merasa di-ghosting,” ungkap Ian. “Itu bahaya itu. Mendingan kita pakai sistem guru kita saja: selesai tidak selesai, dikumpulkan!”
Meksi begitu, kadang-kadang dia tetap harus mengeluarkan beberapa teknik bersilat lidah saat terpaksa mengirimkan karya yang masih setengah jadi; menanyakan ulang naskah untuk memperjelas alur paneling, atau bahkan menyalahkan banjir Jakarta atau ada demo karena salah satu calon presiden tidak terpilih, misalnya. Selama alasannya tidak sesederhana ‘komputer rusak’ atau ‘anak sakit’ saja.
“Selesai tidak selesai, dikumpulkan!”
tips dari ian Waryanto, author ‘valentine’, perihal isu deadline dengan klien amerika
Sesi kedua dilanjutkan dengan diskusi mengenai permobilan dan itasha culture bersama Yanto dan Ecky dari GARASI 57 dan Rizky dari BUILT BY APES. Ecky dan Rizky merupakan ilustrator untuk stiker-stiker karakter anime yang ditempel di bodi kendaraan baik mobil maupun motor, suatu gerakan yang biasa disebut sebagai itasha.
“Itasha itu secara harfiahnya ‘mobil sakit’, dari kanji ‘ita’ dan ‘sha’,” jelas Ecky. “Kapan dan kenapa disebutnya itasha di Jepang, kalau dari yang pernah gua baca-baca, di tahun 2000an awal mereka berpikir untuk bikin livery. Tapi bukan livery biasa, tapi memakai karakter dari anime, dari manga, dari game, segala macem itu bebas.” Menurutnya, karena otaku di Jepang dipandang ‘hina’ oleh masyarakat umum, livery mereka pun membuat orang-orang yang melihatnya menjadi sakit hati atau sakit mata. Karena itu livery-livery mobil bergaya anime ini pun disebut sebagai itasha.

Meski tampaknya sederhana, tentunya mengerjakan itasha tidak semudah kelihatannya. Yanto sendiri mengaku bahwa masih banyak orang awam yang berpendapat kalau stiker-stiker untuk itasha yang terlihat apik bisa dibuat dengan hanya mengambil gambar di Google untuk dicetak dan ditempel. Ecky pun menambahkan bahwa pemilihan karakter, pose, dan juga permintaan apapun dari klien mereka sangat memengaruhi bagaimana mereka membuat gambar untuk ditempel di mobil-mobil itasha.
“Karena kita media cetaknya bahannya vinyl stiker ‘gitu kan, nah dengan media cetak yang gede ini [bodi mobil atau motor], kita nggak bisa asal cetak ambil dari Google juga dengan resolusi rendah,” bilang Ecky. Kemudian Rizky menambahkan kalau bodi kendaraan juga kadang menjadi pertimbangan besar saat mendesain ilustrasi itasha. Bahkan tim ONTAKERIPUT COMICS pernah terpaksa menolak permintaan klien asing karena motor yang dia punya tidak dirilis di Indonesia. Tim ilustrasi takut gambar tidak akan sesuai dengan bentuk tubuh kendaraan dan malah terlihat jelek saat dicetak.
Hal lain yang perlu dipikirkan juga adalah isu legalitas, yang menurut Ecky masih sangat abu-abu bahkan di Jepang sendiri. “Sebenernya ngambil official art sebenernya nggak masalah di sana,” rujuk Ecky saat membahas hal ini dengan kenalannya di negeri Sakura. “Dari sisi pemegang license sendiri mau ngelarang, tapi nanti fanbase malah berkurang. Jadi di Jepang masih ada indikator seperti itu.” Karena itu daripada harus mengurusi permasalahan hak cipta, Ecky selalu mengarahkan klien-kliennya mendapatkan fanart orisinal dari timnya untuk dipasang ke mobil mereka. Selain menjauhkan diri dari isu abu-abu tersebut, desain dan pose karakter yang diinginkan klien pun juga lebih fleksibel.

Tentunya, itu semua hanya cuplikan dari keseruan acara diskusi komik tim ONTAKERIPUT COMICS di bulan Maret 2025. PANEL BY PANEL: From Superhero Comics Talk Show To Car Meet ditutup dengan sesi diskusi dan tanya jawab serta foto bersama. Bagi kalian yang sudah memiliki IP dan karya sendiri pun, ONTAKERIPUT COMICS bisa diajak untuk bekerja sama dalam hal penerbitan, marketing, maupun merchandising seperti mainan berbagai ukuran, poster, dan produk lainnya.
Leave a Reply