Laporan PANEL BY PANEL: Breaking Into Global Markets and Japanese Influence on Indonesian Comics bersama Tyas Seta dan Dody Kusumanto


PANEL BY PANEL: Breaking Into Global Markets & IFTAR WITH ONTAKERIPUT akan Diadakan pada 8 Maret 2025

Pada Sabtu, 8 Maret 2025, ONTAKERIPUT COMICS menggelar acara Breaking Into Global Markets and Japanese Influence on Indonesian Comics di daerah Ciputat, Tangerang Selatan. Kali ini, mereka mengundang Bagus Jati Tyas Seta, author BAREN CLASH dan KERAU, serta Senior Editor KAORI NUSANTARA Dody Kusumanto. Ditambah, Santoso Harwanto dan Widi Susanto dari KALIBRASI KOMIK datang untuk memberikan update mengenai acara KOMPAK, pameran komik yang bakal digelar selama 10 hari.

<Pokok Acara PANEL BY PANEL: Breaking Into Global Markets and Japanese Influence on Indonesian Comics>

  • 17:00: Pembukaan acara oleh Kyvano Navin dari TROPICO COFFEE dan update ONTAKERIPUT COMICS oleh Sidharta F. Rasidi
  • 17:10: Diskusi bagaimana menembus pasar komik dan ilustrasi luar negeri dan mendapat klien asing bersama Bagus Jati Tyas Seta
  • 18:00: Istirahat dan berbuka puasa
  • 19:00: Update acara KOMPAK oleh oleh Santoso Harwanto dan Widi Susanto dari KALIBRASI KOMIK
  • 19:30: Diskusi pengaruh kental komik manga Jepang di industri lokal bersama Dody Kusumanto
  • 20:00: Penutupan dan foto bersama

Acara ngabuburit dibuka pada jam 17:00, terlambat dibandingkan rencana awal karena kendala hujan. Kyvano Navin dari TROPICO COFFEE kemudian segara membuka acara PANEL BY PANEL dengan memanggil Bagus Jati Tyas Seta dan Sidharta F. Rasidi ke depan para pengunjung. Sebelum masuk ke diskusi, Sidharta menjelaskan sedikit proyek yang sedang digarap oleh tim ONTAKERIPUT COMICS.

Pertama, dia merekap ulang sedikit mengenai SPIRIT BATTLER: OMEGA, yang menceritakan petualangan ilmuwan Daniel Kane menjadi wali dari malaikat Azazel melawan kekuatan jahat. Kemudian dia menjelaskan bahwa komik WLDR akan dicetak ulang dalam bentuk B5. Ke depannya, volume berukuran A5 masih akan terus dirilis namun hanya sebagai collector edition. Format B5 yang lebih kecil ini digunakan karena lebih mudah untuk disimpan dan dibaca oleh pembaca umum. Tim ONTAKERIPUT COMICS pun sudah mempersiapkan sejumlah variant cover untuk dipakai di cetakan baru tersebut.

Laporan PANEL BY PANEL: Breaking Into Global Markets and Japanese Influence on Indonesian Comics bersama Tyas Seta dan Dody Kusumanto

Selanjutnya, Tyas Seta pun memperkenalkan diri dan menceriakan perjalanan hidupnya. Salah satunya seperti mengerjakan serial BREAKLANDS terbitan COMIXOLOGY dari AMAZON, bekerjasama membuat komik dan mendesain sebuah bangunan synchrotron bersama asosiasi ilmuwan di Jerman, serta sebagai background artist untuk serial webtoon Amerika yang sayangnya belum bisa dia bocorkan.

Seta menceritakan dari dulu dia sudah suka menggambar dengan menjiplak menggunakan kertas karbon. Namun kedua orang tuanya mendukungnya untuk mengasah minatnya. “Ini kalau kamu menjiplak, kamu nggak bakal bisa menggambar,” ingat Seta akan ucapan mendiang ayahnya. Namun kecintaannya terhadap komik baru tumbuh ketika ayahnya mengajaknya ke Pekan Komik Animasi Nasional di tahun 1998 melihat komik-komik Indonesia yang keren dan salah satu temannya menunjukkan komik SPAWN kepada Seta. Dia pun memutuskan untuk mengambil jurusan Desain Grafis saat kuliah karena saat bertanya-tanya di acara komik tersebut, banyak pengarang komik terkenal seperti CAROQ yang bilang mereka berangkat dari sana. Tapi ternyata, di sana dia lebih banyak belajar desain produk dan iklan.

Untungnya, Seta tetap giat menggeluti hobinya membuat komik semasa kuliah. Dia dan dua orang temannya kemudian membuat studio komik bernama Kos Komik yang berjalan 1 setengah tahun lamanya. “Ntar kalau kita udah punya rumah, namanya jadi Rumah Komik,” cerita Seta akan impian mereka dulu. Setelah lulus pun dia berhasil untuk terus bekerja menggambar berbagai macam karya komik bersama penerbit seperti Paragraf dan lain-lain. Bermodal nekat dan kegigihan, Seta pun mencari beasiswa ke Amerika karena ingin terus mengasah minat dan kemampuannya.

Berbekal IPK yang bagus, portofolio yang kuat, dan nilai TOEFL pas-pasan — bahkan dia sempat disuruh dan dibiayai untuk memperbaiki nilai tes bahasa Inggrisnya — Seta sukses mendapatkan beasiswa Fullbright dan berangkat ke Negeri Paman Sam. Tapi Seta tidak hanya sibuk belajar. Dia juga kerap menjabani berbagai acara komik di sana dan menyebarkan portofolio serta berkenalan dengan para komikus setempat.

“Tunjukin 1 style [gambar] yang lo rasa paling kuat!”

tips dari pengarang ‘superboy’ justin jordan kepada Bagus Jati Tyas Seta, author ‘KERAU’

Meski begitu, kerja keras meningkatkan kemampuan menggambar dan menjalin relasi bukan berarti pekerjaan yang sesuai impian datang begitu saja. Seta mengaku sempat selama lebih dari 1 tahun tidak memiliki pekerjaan tetap. Sampai akhirnya saat dia menjalani proyek di Shanghai, dia mendapat kabar dari pengarang komik terkenal Justin Jordan dan COMIXOLOGY untuk mengerjakan BREAKLANDS. Seta juga bisa direkrut bekerjasama dengan para ilmuwan Jerman saat dia dan keluarga sedang mencari rumah di Amerika dan kebetulan pemilik rumah yang dia incar merupakan anggota organisasi tersebut yang juga membutuhkan seorang ilustrator untuk proyek mereka. Justin Jordan pun juga secara kebetulan melihat salah satu postingan gambarnya di Facebook dan memutuskan untuk menghubungi Seta.

Selain keberuntungan berperan besar dalam menentukan nasib, ada nasehat lain yang ingin Seta bagikan kepada komikus-komikus muda berdasarkan pengalamannya berdiskusi dengan Justin: fokus dengan gaya gambar yang paling kamu kuasai saat membuat portofolio. Seta mengaku dia memang suka mencoba-coba gaya gambar dan terbawa oleh pengalaman kerjanya sebagai desainer grafis yang harus menuruti kemauan klien. “Mereka pengen 1 komik itu style-nya nggak ganti,” bilang Seta. “Kalau pun artist-nya ganti, ya cari yang mirip lah. Jadi itu, [kata-kata] yang saya pegang sampai sekarang.”

Saat ini, Seta pun sedang sibuk berdiskusi dengan editor dari COMIXOLOGY mengenai kelanjutan BREAKLANDS Volume 3, yang tidak lagi dirilis oleh DARK HORSE COMICS dan beralih ke penerbit lain. Pembicaraan seru pun disela dengan kegiatan berbuka puasa dan istirahat.

Laporan PANEL BY PANEL: Breaking Into Global Markets and Japanese Influence on Indonesian Comics bersama Tyas Seta dan Dody Kusumanto

Sesi kedua mengenai update singkat acara KOMPAK oleh Santoso Harwanto dan Widi Susanto dari KALIBRASI KOMIK pun dimulai setelah istirahat siang. Santoso dan Widi menjelaskan mengenai booth-booth pameran yang akan tersedia di acara.

KOMPAK alias KOMIKUS PAMER KARYA sendiri merupakan acara komik yang akan diadakan tanggal 15-24 Agustus 2025 mendatang di Artland Mall Kelapa Gading, Jakarta. Di tanggal 15 sampai 22 Agustus, acara akan berfokus pada pameran komik yang menampilkan karya-karya dari berbagai komikus dan ilustrator populer. Setelahnya, 2 hari terakhir akan diisi dengan comic market, memungkinkan para pengunjung untuk berbelanja komik-komik buatan kreator dari berbagai penjuru Indonesia.

Usai sesi tersebut, acara dilanjutkan dan diakhiri oleh diskusi mengenai pengaruh budaya Jepang terhadap komik-komik Indonesia oleh Dody Kusumanto, Senior Editor dari media online KAORI NUSANTARA yang mengulik segala hal berbau Jejepangan. Walau begitu, tim penulis tetap peduli dengan kelangsungan industri komik lokal sendiri. Mereka pun terus berusaha mengulas dan membahas komik buatan Indonesia sejak tahun 2008, bahkan sebelum Dody bergabung dengan KAORI. Namun katalisnya terjadi di tahun 2010 saat ada komik Indonesia yang diangkat menjadi anime di Trans 7. Ditambah acara-acara bertajuk komik bernuansa Jejepangan seperti COMIC FRONTIER pun kian naik daun di masa itu.

Laporan PANEL BY PANEL: Breaking Into Global Markets and Japanese Influence on Indonesian Comics bersama Tyas Seta dan Dody Kusumanto

Meski begitu, menurut Dody, pengaruh manga atau komik Jepang terhadap industri kreatif di Indonesia sudah sangat terasa sejak Elex Media Komputindo menerbitkan komik-komik seperti DORAEMON dan CANDY CANDY di awal tahun 1990. Hasil yang paling terasa adalah pada awal tahun 2000an, terbit komik Indonesia FATE dengan gaya gambar seperti karya-karya CLAMP. Menariknya, walau unsur Jepang mulai terasa kuat di periode tersebut, riset Dody mengungkap hal yang lebih unik; nampaknya komikus-komikus lokal sendiri sudah berusaha mengadaptasi manga lebih lama lagi.

Seperti contoh, komik karya komikus senior Mansyur Daman memiliki paneling, blocking, dan desain karakter seperti manga shoujo atau serial cantik Jepang. “Memang sebelum Elex, orang Indonesia sudah membaca komik Jepang?” bilang Dody terheran-heran. “Cuma, nyatanya, itu yang saya rasakan.”

Di sisi lain, Dody merasa mungkin tidak hanya komikus lokal saja yang terinspirasi oleh karya-karya Jepang; sebaliknya, manga Jepang bisa jadi juga terinspirasi oleh komik Indonesia. Contoh paling aneh bin ajaib yang dia temukan adalah serial komik KAPTEN YANI buatan Taguan Hardjo asal Medan dengan gaya gambar dan desain yang mirip sekali dengan JOJO’S BIZZARE ADVENTURE buatan Hirohiko Araki. KAPTEN YANI sendiri terbit di tahun 1965 sementara JOJO lahir pada 1987. “Mungkin Hirohiko Araki baca ini pas masih kecil!” canda Dody dengan antusias.

Diskusi pun sedikit beralih ke bagaimana komikus bisa memperkuat esensi komik Indonesia dalam karya-karyanya, sementara bagaimana membuat pembaca bisa menyadari dan mencintai komik Indonesia. Menurut Dody dan juga para komikus di kalangan peserta, tidak ada pakem atau format konsisten yang bisa membedakan komik lokal dengan komik luar. Santoso dari KALIBRASI KOMIK menambahkan kalau pembaca sebenarnya tidak peduli dengan karyanya; komik Amerika itu berwarna dan tipis, sementara komik Jepang tebal dan hitam-putih. Pengunjung lain menambahkan adanya dominasi pasar yang kuat dari salah satu penerbit buku yang membuat pihak-pihak lain kesulitan untuk bersaing di industri komik. Maka dari itu, muncul pula kesimpulan kalau distribusi yang kuat merupakan cara utama komik Indonesia bisa bersaing dengan gempuran komik Jepang — paling tidak di kandang sendiri.

Laporan PANEL BY PANEL: Breaking Into Global Markets and Japanese Influence on Indonesian Comics bersama Tyas Seta dan Dody Kusumanto

Tentunya, itu semua hanya cuplikan dari keseruan acara diskusi komik tim ONTAKERIPUT COMICS di bulan Maret 2025. PANEL BY PANEL: Breaking Into Global Markets and Japanese Influence on Indonesian Comics ditutup dengan sesi diskusi dan tanya jawab serta foto bersama. Bagi kalian yang sudah memiliki IP dan karya sendiri pun, ONTAKERIPUT COMICS bisa diajak untuk bekerja sama dalam hal penerbitan, marketing, maupun merchandising seperti mainan berbagai ukuran, poster, dan produk lainnya.


Leave a Reply

en_USEN
PAGE TOP